Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Hasanuddin Ibrahim mengatakan, peluang bisnis produksi jamu dan tanaman obat Indonesia memiliki peluang besar untuk terus dikembangkan dan menguntungkan. Peminat jamu dan tanaman obat sebagai bahan produk herbal cukup merata. Bukan hanya di Tanah Air, melainkan konsumen di dunia juga banyak yang meminati produk jamu dan obat tradisional Indonesia. Berbagai produk turunan/olahan dari jamu banyak dijumpai dalam bentuk permen, kosmetik, parfum, pasta gigi, minuman kesehatan, dan lainnya. Sedangkan ekspor tanaman obat pada 2009 sebesar 13.090 ton atau 11,8 juta dolar AS dan pada 2010 bisa 13.5.000 ton dengan nilai 19 juta dolar AS. "Kita berkepentingan menjadikan warisan leluhur ini (jamu) sebagai produk asli Indonesia," kata Hasanuddin usai membuka festival jamu tingkat nasional di Yogyakarta, Rabu (20/7).
Menurut dia, Kementerian Pertanian turut berperan mengembangan industri jamu nasional, terutama dengan pemilihan jenis dan varietas komoditas tanaman yang sesuai dengan kebutuhan pasar. Setidaknya kini ada 66 jenis tanaman obat yang produksinya terus didorong, seperti kelompok rimpang atau jahe, kencur, dan kunyit. Juga ada lengkuas, temulawak, serta lidah buaya, mahkota dewa, kapulaga, dan lainnya. "Tidak semua daerah cocok untuk penanaman jenis-jenis tanaman obat tersebut. Harus sesuai dengan agroekologi. Ekosistem untuk temu lawak misalnya, cocoknya di Sukabumi, Jawa Barat. Sedangkan tanaman purwoceng untuk vitalitas cocok di daerah ketinggian 1.000 meter," ujarnya.
Source: http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=283289