RI Desak Asean Jadi Kawasan Bebas Senjata Nuklir

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mendesak agar Asean menyepakati kawasan ini menjadi wilayah bebas senjata nuklir.


“Ini menjadi sinyal positif bagi upaya perlucutan senjata nuklir di dunia. Beberapa kekuatan nuklir dalam proses ratifikasi untuk membebaskan kawasan di Afrika dan Pasifik Selatan dari ajang senjata nuklir,” ujarnya saat membuka pertemuan menlu se-Asean di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, hari ini.


Presiden juga menyatakan terima kasihnya kepada Komisi Zona Bebas Senjata Nuklir Asean yang telah bekerja dengan baik dan memperkuat momentum untuk menarik negara nuklir lain, seperti China, Amerika Serikat dan Rusia, untuk bergabung dengan Asean.


Indonesia optimistis dalam Asean Ministerial Meeting (AMM) ke-44 dan Asean Regional Forum (ARF) ke-18 akan mencatat kemajuan penting perihal kawasan bebas nuklir yang telah mandeg selama satu dekade.


Menurut Wakil Tetap Indonesia untuk Asean Dubes I Gusti Ngurah Swajaya, Asean memperoleh momentum dengan kebijakan Pemerintah Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden Barack Obama.


“Ini sudah 10 tahun mandeg tanpa kemajuan berarti. Kali ini momentum itu didapat dengan sikap Obama yang meminta penghapusan senjata nuklir. Ini misi Indonesia selaku Keketuaan Asean,” ujarnya (Bisnis, 18 Juli).


Bisnis mencatat Obama memberikan pidato di Kairo pada 2009 yang menegaskan di masa mendatang, tidak ada lagi negara yang memiliki senjata nuklir, dan dilanjutkan Gedung Putih dengan meluncurkan Tinjauan Sikap Nuklir (Nuclear Posture Review/NPR) yang lebih baik ketimbang Perjanjian Nonproliferasi Nuklir (Nuclear Non-Proliferation Treaty/NPT).


NPR menempatkan penghentian uji coba senjata nuklir dan pengembangan hulu ledak nuklir baru, serta mengharuskan Gedung Putih meminta ratifikasi Senat dan mendesak pemberlakuan Traktat Pelarangan Menyeluruh Uji Coba Nuklir (Comprehensive Test Ban Treaty/CTBT).


Saat puncak Perang Dingin, Rusia (Uni Soviet) dan Amerika Serikat memiliki 19.000 senjata nuklir. Pasca-Traktat Pengurangan Senjata Strategis (Start) dengan Uni Soviet pada 1991, kedua negara telah menguranginya masing-masing 2.200 senjata.


Sejak 2010 perjanjian baru telah ditandatangani oleh Obama dan Presiden Rusia Dmitry Medvedev, yang akan mengurangi jumlah hulu ledak nuklir hingga 1.550 selama 7 tahun ke depan.
Source: http://www.bisnis.com/umum/sosial/31734-ri-desak-asean-jadi-kawasan-bebas-senjata-nuklir